Minggu, 31 Maret 2019
Yakulu
بسم الله الرحمن الرحيم
يَقُوْلُ بَعْدَ حَمْدِ ذِي اْلجَلاَلِ $ مُصَلِّياً عَلَى النَّبِيِّ وَاْلآلِ
عَبْدٌ اَسِيْرُ رَحْمَةِ الْكَرِيْمِ $ اَيْ اَحْمَدُابْنُ عَابِدِالرَّحِيْمِ
1. Syekh Ahmad bin Abdurrohim seorang hamba yang menjadi tawanan rohmat Alloh setelah memuji Alloh yang Maha Agung
2. seraya membaca sholawat dan salam untuk Nabi dan semua keluarganya
اَبْوَابُ الْفِعْلِ الثُّلاَثِيِّ
فِعْلٌ ثُلاَثِيٌّ اِذَا يُجَرَّدُ $ اَبْوَابُهُ سِتٌّ كَمَا سَتُسْرَدُ
فَالْعَيْنُ اِنْ تُفْتَحْ بَمَاضٍ فَاكْسِرِ $ اَوْضُمَّ اَوْ فَافْتَحْ لهَاَ فِي اْلغَابِرِ
BAB FI’IL TSULASI
3. Fi’il tsulasi mujarrod ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal dan tanpa ( sunyi ) huruf tambahan ( ziyadah ) itu babnya itu ada 6 yang akan diterangkan dengan tertib
4. Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca fathah ( فَعَلَ ) maka ‘ain fi’il dari fi’il dari fi’il mudlori’ itu boleh wajah 3 yaitu : 1 ) kasroh ( فَعَلَ- يَفْعِلُ ) 2 ) dlomah ( فَعَلَ- يَفْعُلُ ) 3 ) fathah ( فَعَلَ- يَفْعَلُ )
وَاِنْ تُضَمَّ فَاضْمُمَنْهَا فِيْهِ 5 اَوْتَنْكَسِرْ فَافْتَحْ وَكَسْرًا عِيْهِ
5. Apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca dlomah ( فَعُلَ ) maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu hanya dibaca dlomah saja (يَفْعُلُ ) dan apabila ‘ain fi’il dari fi’il madli itu dibaca kasroh ( فَعِلَ ) maka ‘ain fi’il dari fi’il mudlori’ itu boleh dibaca fathah (يَفْعَلُ ) dan kasroh (يَفْعِلُ )
وَلَامٌ اَوْعَيْنٌ بِمَا قَدْ فُتِحَا $ حَلْقِي سِوَى ذَا باِلشُّذُوْذِ اتَّضَحَا
6. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan فَعَلَ- يَفْعَلُ itu disyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya harus berupa salah satu huruf halqi yang ada 6 ( غ,ع,خ,ح,هـ ,ء ( dan jika tidak berupa huruf halqi maka hukumnya syad ( menyimpang dari qoidah yang telah ditentukan )
فَصْلٌ فِي اَبْوَابِ الرُّبَاعِي اْلمُجَرَّدِ وَاْلمُلْحَقِ بِهِ
ثُمَّ الرُّبَاعِي بِبَابٍ وَاحِدِ $ وَاْلحِقْ بِهِ سِتّاً بِغَيْرِ زَائِدِ
فَوْعَـلَ فَـعْـوَلَ كذاك فَيْـعَلاَ $ فَعْـيَلَ فَعْــلَى وكذاك فَعْــلَلاَ
FASAL BAB RUBA’I DAN RUBA’I MULHAQ
7. Fi’il ruba’i mujarrod ( fi’il yang huruf asalnya ada 4 dan tanpa huruf tambahan ) itu babnya ada satu yaitu - يُفَعْلِلُ فَعْلَلَ ,sedangkan fi’il ruba’i mulhaq mujarrod ( fi’il yang huruf asalnya ada 3 dan di tambah satu huruf untuk disamakan dengan ruba’i mujarrod ) itu babnya ada 6 yaitu :
8. 1 ) - يُفَوْعِلُ فَوْعَلَ 2 ) - يُفَعْوِلُ فَعْوَلَ 3 ) - يُفَيْعِلُ فَيْعَلَ 4 ) - يُفَعْيِلُ فْعْيَلَ 5 ) - يُفَعْلِى فَعْلَى 6 ) - يُفَعْلِلُ فَعْلَلَ
فَصْلٌ فِي اَبْوَابِ الثُّلَاثِيِّ الْمَزِيْدِ
زَيْدُ الثُّلاَثِي اَرْبَعٌ مَعْ عَشْرِ $ وَهِيَ لِاَقْسَامٍ ثَلَاثٍ تَجْرِي
اَوَّلُهَا الرُّبَاعِي مِثْلُ اَكْرَمَا 10 وفَعَّلَ وفَاعَل كخَاصَمَا
FASAL
BAB TSULASI MAZID
9. Fi’il tsulasi mazid ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu menerima huruf tambahan ) itu babnya ada 14 dan terbagi menjadi 3 yang akan diterangkan pada bait berikut
10. Yang pertama adalah fi’il tsulasi mazid ruba’i ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu ditambah satu huruf ) adapun babnya itu ada 3 yaitu : 1 ) - يُفْعِلُ اَفْعَلَ seperti اَكْرَمَ – يُكْرِمُ 2 ) - يُفَاعِلُ فَاعَلَ seperti خاَصَمَ – يُخاَصِمَ 3 ) - يُفَعِّلُ فَعَّلَ seperti فَرَّحَ – يُفَرِّحَ
وَاخْصُصْ خَمَاسِيًّا بِذِي الْاَوْزَانِ $ فَبَدْؤُهَا كاَنْكَسَرَ وَالثَّانِي
افْتَعَـلَ افْعـَلَّ كـَذَا تَفَعَّلاَ $ نَحْوَ تَعَلَّمَ وَزِدْ تَفَاعَلَا
11. Yang kedua adalah fi’il tsulasi mazid khumasi ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat dua huruf tambahan ) adapun babnya itu ada 5
12. yaitu : 1 ) - يَنْفَعِلُ اِنْفَعَلَ seperti اِنْكَسَرَ – يَنْكَسِرَ 2 ) - يَفْتَعِلَ اِفْتَعَلَ seperti اِجْتَمَعَ – يَجْتَمِعُ 3 ) - يَفْعَلُّ اِفْعَلَّ seperti اِحْمَرَّ – يَحْمَرُّ 4 ) - يَتَفَعَّلُ تَفَعَّلَ seperti تَعَلَّمَ – يَتَعَلَّمُ 5 ) - يَتَفَاعَلُ تَفَاعَلَ seperti تَخَاصَمَ– يَتَخَاصَمُ
ثُمَّ السُّدَاسِى اسْتَفّعَلَ وَافْعَوْعَلَ $ وَافْعَوَّلَ افْعَنْلَى يَلِيْهِ افْعَنْلَلَا
وَافْعَالَّ مَا قَدْ صَاحَبَ اللَّامَيْنِ $
13. Yang ketiga adalah fi’il tsulasi mazid sudasi ( fi’il yang terdiri dari 3 huruf asal lalu mendapat tiga huruf tambahan ) adapun babnya itu ada 6 yaitu :
14. 1 ) - يَسْتَفْعِلُ اِسْتَفْعَلَ seperti اِسْتَغْفَرَ – يَسْتَغْفِرَ 2 ) - يَفْعَوْلَ اِفْعَوْلَ seperti اِعْشَوْشَبَ – يَعْشَوْشِبُ 3 ) - يَفْعَوِّلُ اِفْعَوَّلَ seperti اِجْلَوَّذَ – يَجْلَوِّذُ 4 ) - يَفْعَنْلِى اِفْعَنْلَى seperti اِسْلَنْقَى – يَسْلَنْقِىْ 5 ) - يَفْعَنْلِلُ اِفْعَنْلَلَ seperti اِقْعَنْسَسَ– يَقْعَنْسِسُ
6 ) - يَفْعَالُّ اِفْعَالَّ seperti اِحْمَارَّ– يَحْمَارُّ
$ زَيْدُالرُّبَاعِي عَلَى نَوْعَيْنِ
ذِيْ سِتَّةٍ نَحْوُافْعَلَـلَّ افْعَنْلَـلاَ 15 ثُمَّ الْخُمَاسِي وَزْنُهُ تَفَعْلَـلاَ
Fi’il ruba’i mazid ( fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu mendapatkan tambahan huruf ) itu ada 2 macam :
15. 1 ) Fi’il ruba’i mazid khumasi ( fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu
mendapatkan tambahan satu huruf ) yang babnya ada satu yaitu : تَفَعْلَلَ – يَتَفَعْلَلُ seperti تَدَخْرَجَ – يَتَدَخْرَجُ
2 ) Fi’il ruba’i mazid sudasi ( fi’il yang terdiri dari 4 huruf asal lalu
mendapatkan tambahan dua huruf ),sedangkan wazannya ada 2 yaitu:
اِقْشَعَرَّ – يَقْشَعِرُّ seperti اِفْعَلَلَّ - يَفْعَلِلُّ 1 )
اِخْرَنْجَمَ – يَخْرَنْجِمُ seperti اِفْعَنْلَلَ - يَفْعَنْلِلُ 2 )
بَابُ الْمَصْدَرِ وَمَايُشْتَقُّ مِنْهُ
وَمَصْدَرٌ عَلَى ضَرْبَيْنِ $ مِيْمِي وَغَيْرِهِ عَلَى قِسْمَيْنِ
مِنْ ذِي الثَّلاَثِ فَالْزَمِ الَّذِي سُمِعْ $ وَمَاعَدَاهُ فالْقِيَاسَ تَــتَّبِعْ
BAB MASDAR DAN MUSYTAQ MINHU
16. Masdar itu dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1 ) Masdar mim ( masdar yang huruf pertamanya berupa mim zaidah ) 2 ) Masdar ghoiru mim ( masdar yang huruf pertamanya tidak berupa
mim zaidah )
17. Sedangkan masdar ghoiru mim itu terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1 ) Masdar ghoiru mim dari fi’il tsulasi mujarrod itu hukumnya sama’i
(ketentuan dari orang Arab dan tidak bisa disamakan dengan wazannya ) 2 ) Masdar ghoiru mim dari selain fi’il tsulasi mujarrod ( fi’il
ruba’i , khumasi dan sudasi ) itu hukumnya qiyasi ( bisa disamakan
dengan wazannya )
مِيْمِي الثُّلاَثِي اِنْ يَكُنْ مِنْ اَجْوَفِ $ صَحِيْحٍ اَوْمَهْمُوْزٍ اَوْ مُضَعَّفِ
اَتَى كَمَفْعَـلٍ بِـفَتْحَـتَيْنِ $ وَشَـذَّ مِنْهُ مَابِكَسْرِ الْعَيْـنِ
18. Masdar mimnya fi’il tsulasi mujarrod dari bina’ ajwaf,shohih,mahmuj atau mudlo’af itu harus mengikuti wazan مَفْعَلٌ ( mim dan a’in difathah ) dan
19. Apabila ikut wazan مَفْعِلٌ( a’innya difathah ) maka hukumnya syad
كَذَاا سِمُ الزَّمَانِ وَالْمَكاَنِ مِنْ 20 مُضَارِعٍ اِلاَّ بِكَسْرِهَا يَبِنْ
20. Isim zaman dan isim makannya fi’il tsulasi mujarrod dari bina’ ajwaf,shohih,mahmuj atau mudlo’af yang a’in mudlori’nya dibaca dlomah ( ( يَفْعُلُatau dibaca fathah ( ( يَفْعَلُitu juga ikut wazan مَفْعَلٌ jika a’in mudlori’nya dibaca kasroh maka isim zaman dan isim makannya ikut wazan مَفْعِلٌ
وَافْـتَـحْ لَهَـا مِنْ نَاقِـصٍ وَمَاقُرِنْ $ وَاعْكِسْ بِمُعْتَـلٍّ كَمَفْرُوقٍ يَعِــنْ
21. Masdar mim,isim zaman dan isim makan dari fi’il tsulasi mujarrod yang terdiri dari bina’ naqish dan lafif maqrun itu harus mengikuti wazan مَفْعَلٌ
( fathah a’in fi’ilnya ) dan jika dari bina’ mu’tal mitsal atau bina’ lafif mafruq maka harus mengikuti wazan مَفْعِلٌ ( kasroh a’in fi’ilnya )
وَمَاعَدَ الثُّلاَثِيْ كُلاَّ اجْعَــلاَ $ مِثْلَ مُضَارِعٍ لَهَا قَدْ جُهِـلاَ
كَذَا اسْمُ مَفْعُوْلٍ وَفَاعِلٍ كُسِرْ $ عَيْنًا لَهـَا وَاَوَّلٌ مِيْمًا يَصِرْ
22. Wazannya masdar mim,isim zaman dan isim makan dari fi’il selain tsulasi mujarrod ( ruba’i,khumasi dan sudasi ) itu seperti mudlori’nya ketika mabni majhul (huruf pertama didlomah dan huruf sebelum akhir di fathah)
23. Begitu juga isim maf’ul dan isim fa’ilnya hanya saja untuk isim fa’il itu a’in fi’ilnya ( huruf sebelum akhir ) dikasroh dan huruf mudloro’ahnya diganti dengan huruf mim
فَصْلٌ فِي هَيْئَةِ اْلفِعْلِ الْمَاضِي مَعْلُوْمًا وَمَجْهُوْلًا وَاْلَامْرِ وَهَمْزَةِ الْوَصْلِ
وَآخِرَالْمَاضِي افْتَحَنْهُ مُطْــلَــقًا $ وَضُـمَّ اِنْ بِوَاوٍجَمعٍ اُلْحِـــقَـا
وَسَـكِّـنْ اِنْ ضَمِيـرَرَفْعٍ حُرِّكَا 25
FASAL KEADAAN FI’IL MADLI,FI’IL AMAR DAN
HAMZAH WASHOL
24. Akhirnya f’il madli itu dimabnikan fath secara mutlak ( fi’il tsulasi mujarrod atau ghoiru tsulasi mujarrod ),jika tidak bertemu dengan wawu
25. jama’ atau dlomir rofa’ mutaharrik dan jika bertemu dengan wawu jama’ maka mabni dlom dan bila bertemu dlomir rofa’ mutaharrik maka mabni sukun
وَبَــدْء مَعْــلُومٍ بَفَــتْـحٍ سُلِــكَا $
اِلاَّالْخُمَاسِي وَالسُّدَاسِي فَاكْسِرَنْ $ اِنْ بُـدِئَـا بِهَمْـزِوَصْـلٍ كَامْتَـحَـنْ
Fi’il madli yang mabni ma’lum itu huruf pertamanya harus dibaca fathah secara mutlak ( fi’il tsulasi mujarrod atau ghoiru tsulasi mujarrod )
26. kecuali fi’il khumasi dan sudasi yang dimulai dengan hamzah washol maka huruf pertamanya harus dibaca kasroh seperti اِمْتَحَنَ
ثُبُوْتُهَافِي الْاِبْـتِـدَاقَـدِ الْتُـزِمْ $ كَحَـذْفِها فِيْ دَرْجِـهَا مَـعَ الْـكَـلِمْ
27. Hamzah washol adalah hamzah yang dibaca ( ditetapkan ) jika berada dipermulaan kalimah dan tidak dibaca ( dibuang ) jika berada ditengah-tengah kalimah
كَهَمْــزِاَمْـرٍلَهُـمَاوَمَصْدَرِ $ وَاَلْ وَاَيْـمُـنٍ وَهَـمْزٍكَاجْهَـرِ
وَابْنِنابْـنِ ابْــنَـةٍ وَاثْـنَيْـنِ $ وَامْرِئٍ امْرأَةٍ اثْــنَــتَـيْـنِ
كَـذَااسْمُ اسْتُ فِي الْجَمِيْعِ فَاكْسِرَنْ 30 لَهَـاسِوَى فِي اَيْـمُنٍ اَلْ فَافْتَحَـنْ
28. Hamzah washol tersebut berada pada : fi’il amar dan masdarnya fi’il khumasi dan sudasi ,lafadh اَلْ,اَيْمُنٌ,fi’il amarnya tsulasi mujarrod yang huruf kedua dari mudlori’nya mati ( sukun ) seperti اِجْهَرْ
29. Lafadh اِبْنُمٌ , اِبْنٌ , اِبْنَةٌ اِثْنَتَيْنِ , اِمْرَأَةٌ , اُمْرُئٌ , اِثْنَيْنِ ,
30. Lafadh اِسْمٌ dan اِسْتٌ
Semua hamzah washol itu harus dibaca kasroh kecuali hamzah yang berada pada lafadh اَلْ dan اَيْمُنٌ maka harus dibaca fathah
31. Hamzah yang berada pada fi’il amar dari fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan اُفْعُلْ ( a’in fi’ilnya didlomah ) yang a’in fi’il mudlori’nya didlomah dan yang bertempat pada fi’il khumasi dan sudasi yang dimabnikan majhul itu harus dibaca dlomah seperti اُمْتُحِنَ,اُسْتُخْرِجَ
وَبَـدْءُ مَـجْـهُـوْلٍ بِضَــمٍّ حُـتِـمَا $ كَكَسْرِسَابِـقِ الَّـذِيْ قٌــدْ خُـتِـمَا
32. Fi’il madli mabni majhul itu huruf yang pertama didlomah dan huruf sebelum akhir dikasroh
فَصْلٌ فِي اَبْنِيَةِ الْمُضَارِعِ اْلمَعْلُوْمِ وَالْمَجْهُـوْلِ
مُضَارِعًا سِـمْ بِحُرُوْفِ نَأْتِيْ $ حَيْثُ لِمَشْهُـورِالْمَـعَـانِيْ تَـأْتِي
FASAL MENERANGKAN BINA’ FI’IL MUDLORI’ MABNI MA’LUM DAN MABNI MAJHUL
33. Tandanya fi’il mudlori’ adalah dimulai dengan huruf mudloro’ah yang dikumpulkan dalam lafadh نَأْتِيْ ( ن,ء,ت dan ي ) dengan ketentuan menunjukkan arti yang telah masyhur ( populer )
فَاِنْ بِمَعْـلُـوْمٍ فَـفَـتْـحُـهـا وَجَبْ $ الاَّالرُّبَاعِيْ غَيْرُ ضَمٍّ مُجْتَـنَبْ
34. Fi’il mudlori’ mabni ma’lum itu huruf mudloro’ahnya ( نَأْتِيْ ) itu harus dibaca fathah ,kecuali fi’il ruba’i maka huruf mudloro’ahnya dibaca dlomah
وَمَاقُبَــيْـلَ الآخِرِاكْسِـرْ آبَـدَا 35 مِنَ الَّـذِي عَلَى ثَلاَثَـةٍ عَــدَا
فِيْـمَا عَـدَ ا مَاجَاءَ مِنْ تَفَعَّـلاَ $ كِاللآتِـي مِنْ تَـفَاعَلَ اوْتَـفَاعَلاَ
35. Huruf sebelum akhir dari fi’il mudlori’ mabni ma’lum selain tsulasi mujarrod ( ruba’i,khumasi dan sudasi ) itu harus dibaca kasroh
36. kecuali fi’il yang ikut wazan تَفَعَّلَ , تَفَاعَلَ dan تَفَعْلَلَ ,maka huruf sebelum akhir harus dibaca fathah
وَاِنْ بِمَـجْهُولٍ فَضَـمُّـهَا لَزِمْ $ كَفَـتْـحِ سَابِقِ الَّـذِي بِـهِ اخْتُـتِـمْ
37. Fi’il mudlori’ mabni majhul itu huruf mudloro’ahnya ( نَأْتِيْ ) harus dibaca dlomah dan huruf sebelum akhir dibaca fathah
وَآخِرٌ لَـهُ بِمُقْتَـضَى الْعَــمَلْ $ مِنْ رَفْـعٍ اوْنَصْبٍ كَذَا جَزْمٍ حَصَـلْ
38. Akhirnya fi’il mudlori’ itu dii’robi menurut kebutuhan amil yang masuk pada fi’il tersebut yaitu wajib dibaca rofa’ jika sunyi dari amil nawashib dan jawazim dan jika kemasukan amil jawazim maka harus dibaca jazm
اَمْرٌوَنَهْيٌ اِنْ بِهِ لاَمًا تَصِلْ $ اَوْلاَ وَسَــكِّنْ اِنْ يَصِـحْ كَلِتَــمِـلْ
39. Fi’il mudlori’ yang dimasuki لام امر itu disebut amar ghoib,sedangkan jika dimasuki لا الناهية maka disebut fi’il nahi
وَالآخِرَاحْـذِفْ اِنْ يُـعَلْ كَاالنُّوْنِ فِي 40 اَمْـثِـلَةٍ وَنُوْنُ نِسْوَةٍ تَفِـي
40. Akhirnya fi’il mudlori’ yang kemasukan لام امر atau لا الناهية ,itu harus disukun jika berupa huruf shoheh seperti لِتَمِلْ , لَاتَمِلْ dan لَايَمِلْ dan jika akhirnya berupa huruf ilat maka huruf ilatnya harus dibuang seperti لِيَغْزُ , لِيَرْمِ, لِيَخْشَ, لَاتَخْشَ dan jika berupa af’alul khomsah maka nunnya harus dibuang seperti لِيَنْصُرُوْا,sedangkan nun jama’ inats itu harus ditetapkan seperti لِتَنْصُرْنَ , لِيَنْصُرْنَ
فَصْلٌ فِي اَبْنِيَةِ فِعْلِ اْلاَمْرِ الْحَاضِرِ وَاسْمِ الْفَاعِلِ وَاْلمَفْعُوْلِ وَصِيْغَةِ اْلُمبَالَغَةِ
وَبَــدْأَهُ احْذِفْ يَكُ اَمْرَ حَاضِرِ $ وَهَمْزَ اِنْ سُكِّنَ تَالٍ صَـيَّرِ
41. Cara membuat amar hadir adalah dengan mendatangkan fi’il mudlori’ lalu huruf mudloro’ahnya dibuang kemudian bila huruf yang berada setelah huruf mudloro’ah itu mati,maka harus mendatangkan hamzah washol seperti اُنْصُرْ , اِضْرِبْ , اِعْلَمْ , اِنْطَلِقْ , اِسْتَغْفِرْ dan jika setelah huruf mudloro’ah berupa huruf yang berharokat ( hidup ), maka harus ditetapkan tanpa mendatangkan hamzah washol seperti عِدْ , قُمْ
اَوْاَبْـقِ اِنْ مُحَرَّكًا ثُـمَّ الْتَزِمْ $ بِـنَـاءَهُ مِثْـلَ مُضَارِعٍ جُـزِمْ
42. Adapun akhirnya fi’il amar hadlir itu dimabnikan menurut fi’il mudlori’nya ketika tingkah jazm
كَفَـاعِـلٍ جِئْ بِاسْمِ فَاعِلٍ كَـمَا $ يُـجَـاءُ مِنْ عَلِـمَ اَوْمِن عَـزَمَا
43. Isim fa’il tsulasi mujarrod yang fi’ilnya ikut wazan فَعِلَ ( a’in fi’il dikasroh ) yang muta’adi atau ikut wazan فَعَلَ ( a’in fi’il difathah ) baik muta’adi atau lazim itu ikut wazan فَاعِلَ seperti عَلِمَ isim fa’ilnya عَالِمٌ dan lafadh عَزَمَ isim fa’ilnya عَازِمٌ
وَمَاضٍ اِنْ بِضَــمِّ عَيْنِ اسْتَقَـرْ $ كَضَحْـمٍ اَوظَرِيْفٍ الاَّ مَانّـذّر
44. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan فَعُلَ ( a’in fi’il didlomah ) itu isam fa’ilnya ikut wazan فَعْلٌ atau فَعِيْلٌ seperti ضَحُمَ isim fa’ilnya ضَحْمٌ ,ظَرُفَ isim fa’ilnya ظَرِيْفٌ ,jika tidak mengikuti salah satu dari wazan tersebut maka hukumnya nadir ( langka ) seperti حَسُنَ فَهُوَ حَسَنٌ, نَعُمَ فَهُوَ نَاعِمٌ, شَجُعَ فَهُوَ شُجَاعٌ, طَهُرَ فَهُوَ طَاهِرٌ, بَطُلَ فَهُوَ اَبْطَلُ
وِاِنْ بِكَسْـرٍ لاَزِمًا جَاكَالْـفَعِـلْ 45 وَالْاَفْـعَـلِ الْفَـعْلاَنُ وَاحْفَـظْ مَانُقِـلْ
45. Fi’il tsulasi mujarrod yang ikut wazan فَعِلَ yang lazim itu isim fa’ilnya itu mengikuti salah satu dari 3 wazan yaitu : فَعْلاَنُ , اَفْعَلَ , فَعِلَ seperti فَرِحٌ فهو فَرِحَ , اَحْمَرُ فهو حَمِرَ , عَطْشَانُ فهو عَطِشَ dan jika tidak mengikuti salah satu dari wazan tersebut maka hukumnya sama’i seperti سَالِمٌ فهو سَلِمَ
بِـوَزْنِ مـَفْـعُولٍ كَـذَافَعِـيْلُ $ جَاءَاسْمُ مَفْعُولٍ كَـذَا قَتِـيْلُ
46. Wazannya isim maf’ul dari tsulasi mujarrod itu ada 2 yaitu : 1 ) مَفْعُوْلٌ seperti مَنْصُوْرٌ 2 ) فَعِيْلٌ seperti قَتِيْلٌ
لِكَثْــرَةٍ فَعَّـالٌ اَوْفَعُـوْلُ $ فَعِـلٌ اَوْمِفْـعَـالٌ اَوْ فَعِـيْلُ
47. Wazannya shighot mubalaghoh atau shighot katsroh itu ada 5 yaitu : 1 ) فَعَّالٌ seperti فَتَّاحٌ 2 ) فَعُوْلٌ seperti شَكُوْرٌ 3 ) فَعِلٌ seperti غَفِلٌ 4 ) مِفْعَالٌ seperti مِسْقاَمٌ 5 ) فَعِيْلٌ seperti عَلِيْمٌ
فَصْلٌ فِي تَصْرِيْفِ الصَّحِيْحِ
وَمَاضٍ اوْمُضَارِعٌ تَصَـــرَّفَـا $ لِاَوْجُــهٍ كَاْلاَمْـرِ وَالنَّهْيِ اعْـرِفَا
ثَلاَثَـةٌ لِغَـائِبٍ كَالْغَـائِبَـة $ كَـذَا مُـخَـاطَبٌ كَالْمُخَاطَبَةْ
وَمُتَـكَـلِّـمٌ لَـهُ اثْنَـانِ هُـمَا 50 فِي غَيْرِ اَمْـرٍ ثُـمَّ نَـهْـيٍ عُـلِـمَا
FASAL TASHRIFNYA FI’IL SHOHIH
48. Fi’il madli dan fi’il mudlori’ baik yang mabni ma’lum atau majhul itu bisa ditashrif menjadi 14 bentuk ( waqi’ ) begitu juga fi’il amar dan fi’il nahi yang mabni majhul itu juga bias ditashrif menjadi 14 bentuk ( wajah ) dengan perincian :
49. 3 bentuk menunjukkan arti ghoib 3 bentuk menunjukkan arti ghoibah 3 bentuk menunjukkan arti mukhotob 3 bentuk menunjukkan arti mukhothobah
50. dan 2 bentuk menunjukkan arti muttakalim,sedangkan fi’il amar dan fi’il nahi yang mabni ma’lum itu tidak ada waqi’ muttakalimnya ( hanya bias ditashrif menjadi 12 wajah )
لعَـشْـرَةٍ يُصَـرَّفُ اسْمُ الْفَـاعِلِ $ فَعَـلَةٍ وَفَاعِـلَـيْنِ فَاعِــلِ
وَفَاعِـلِـيْنَ فُـعَّـلٍ فُعَّـالِ $ وَفِـيْـهِمَا اضْمُـمْ فَاوَشُــدَّالتَّـالِي
فَاعِلَــةٍ فَاعِـلَـتَيْـنِ فَاعِــلاَ $ تٍ وَفَـوَاعِـلُ كَـمَا قَـدْ نُـقِــلاَ
51. Isim fa’il dari tsulasi mujarrod itu bisa ditashrif menjadi 10 wajah :
1 ) فَاعِلٌ untuk mufrod mudzakar
2 ) فَاعِلاَنِ untuk tatsniyah mudzakar
3 ) فَاعِلُوْنَ untuk jamak mudzakar
52. 4 ) فُعَّالٌ untuk jamak taksir
5 ) فُعَّلٌ untuk jamak taksir
6 ) فَعَلَةٌ untuk jama’ taksir
53. 7 ) فَاعِلَةٌ untuk mufrod mu’anats
8 ) فَاعِلَتَانِ untuk tatsniyah mu’anats
9 ) فَاعِلَاتٌ untuk jamak mu’anats
10 ) فَوَاعِلُ untuk jama’ muntahal jumu’
ثُــمَّ اسْمُ مَفْـعُولٍ لِسَـبْـعٍ يَأْتِـي $ مَفْـعُولَـةٍ وثَــنِّ مَفْـعُـولَاَتٍ
كَـذَا مَفْـعُولٌ مُـثَـنَّاهُ وَمَــــفْ 55 ـعُولُونَ ثُــمَّ جَمْـعُ تَكْسِـيْرٍ يُـضَفْ
54. Isim maf’ul dari fi’il tsulasi mujarrod itu bisa ditashrif menjadi 7 wajah dengan perincian yaitu :
1 ) مَفْعُوْلٌ untuk mufrod mudzakar
2 ) مَفْعُلَانِ untuk tatsniyah mudzakar
3 ) مَفْعُوْلُوْنَ untuk jamak mudzakar
55. 4 ) مَفْعُوْلَةٌ untuk mufrod mu’anats
5 ) مَفْعُوْلَتَانِ untuk tatsniyah mu’anats
6 ) مَفْعُوْلَاتٌ untuk jamak mu’anats
7 ) مَفَاعِيْلٌ untuk shighot muntahal jumu’
وَنُـونَ تَوْكِـيْـدٍ بِالْاَمْرِالنَّهْيِ صِـلْ $ وَذَاتَ خِـفٍّ مَـعْ سُكُـونٍ لاَتَصِلْ
56. Fi’il amar dan fi’il nahi baik hadlir atau ghoib yang mabni ma’lum atau majhul itu bias diberi nun taukid tsaqilah ( yang ditasydid ) atau nun taukid khofifah ( yang disukun ) ,namun untuk amar dan nahi yang tasniyah dan jama’ inats itu tidak boleh bertemu dengan nun taukid khofifah seperti لِيَنْصُرَنَّ, اُنْصُرَنَّ, لَايَنْصُرَنَّ, لَاتَنْصُرَنَّ,اُنْصُرَنْ, لَاتَنْصُرَنْ
فَصْلٌ فِي اْلفَوَائِــدِ
بِالْهَـمْـزِ وَالتَّضْـعِـيْفِ عَـدِّمَالَـزِمْ $ وَحَـرْفِ جَـرٍّاِنْ ثُلاَثِـيًـا وُسِــمْ
FASAL MENERANGKAN TENTANG FAWAID
( BEBERAPA FAIDAH )
57. Fi’il tsulasi mujarrod yang lazim itu bisa dijadikan muta’adi dengan 3 cara yaitu :
1 ) Di muta’adikan dengan menambah hamzah naqol seperti اَكْرَمَ زَيْدٌ بَكْرًا asalnya كَرُمَ زَيْدٌ
2 ) Di muta’adikan dengan menambah tasydid seperti فَرَّحَ زَيْدٌ خَالِدًا asalnya فَرِحَ زَيْدٌ
3 ) Di muta’adikan dengan huruf jer seperti ذَهَبَ زَيْدٌ بِعَمْرٍ asalnya ذَهَبَ زَيْدٌ
وَغَيْرَهُ عَدِّ بِمَا تَأَخَّرَا $ وَاِنْ حَذَفْتَهَا فَلاَزِمًايُرَى
58. Adapun fi’il lazim dari selain fi’il tsulasi mujarrod itu hanya bisa dimuta’adikan dengan huruf jer seperti اِنْطَلَقَ زَيْدٌ بِخَالِدٍ asalnya اِنْطَلَقَ زَيْدٌ dan jika اَدَوَاتُ التَّعْدِيَةِ ( alat untuk memuta’adikan ) itu dibuang maka fi’ilnya menjadi lazim kembali seperti اِنْطَلَقَ, ذَهَبَ,كَرُمَ
لِصَـادِرٍ مِنِ امْـرَأَيْنِ فَـاعَــلاَ $ وقَــلَّ كَالاِلَـهُ زَيْــدًاقَـاتَـلاَ
59. Fi’il tsulasi mazid ruba’i yang ikut wazan فَاعَلَ itu yang banyak berfaidah مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ ( musyarokah bainas naini ) seperti ضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرًا dan sedikit yang tidak berfaidah مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ ( musyarokah bainas naini ) seperti قَاتَلَ اْلِالَهُ زَيْدًا
وَلَهُـمَا اوْزَائــدٍ تَفَاعَـلاَ 60 وَقَــدْ اَتَـى لِغِـيْرِ وَاقِـعٍ جَلا
60. Fi’il yang ikut wazan تَفَاعَلَ itu yang banyak مُشَارَكَةْ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَاَكْثَرَ ( satu pekerjaan yang dilakukan oleh oleh dua orang atau lebih ) seperti تَضَارَبَ زَيْدٌ عَمْرٌوَبَكْرٌ , تَصَالَحَ اْلقَوْمُ dan terkadang berfaidah اِظْهَارُ مَا لَيْسَ فِى اْلوَاقِعِ ( menampakkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi atau pura-pura ) seperti تَمَارَضَ زَيْدٌ
وَابْــدِلْ لِتَـاء الاِفْتِـعَـال طَاءَ اِنْ $ فَــاءٌ مِنْ اَحْرُفٍ لاطْبَاقٍ تَبِنْ
61. Fi’il tsulasi mazid khumasi yang ikut wazan اِفْتَعَلَ itu apabila fa’ fi’ilnya itu berupa huruf ithbaq ( shod,dlod,tho’ dan dho’ ) maka ta’ اِفْتَعَلَ nya harus diganti dengan tho’ seperti اِضْطَرَبَ, اِصْطَبَرَ اِطْطَهَرَ, dan اِظْظَهَرَ asalnya اِضْتَرَبَ, اِصْتَبَرَ اِطْتَهَرَ, dan اِظْتَهَرَ
كَما تَصِيْـرُدَالاً اِنْ زَايًا تَــكُنْ $ اَوْدَلاً اوْذَالاً كَالاِزْدِجَارِ صُــنْ
62. Fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ jika fa’ fi’ilnya za’,dzal dan dal د,ذ,ز ) ( maka ta’ اِفْتَعَلَ nya harus diganti dengan dal seperti اِزْدَجَرَ , اِذْدَكَرَ, اِدَّعَى asalnya اِزْتَجَرَ , اِذْتَكَرَ, اِدْتَعَى
وَاِنْ تَكُــنْ فَااْلاِفْتِعَالِ يَاسَــكَنْ $ اَوْوَاوًا اَوْثَـا صَـيِّرَنْ تَاوَادْغِمَـنْ
63. Dan jika fi’il yang ikut wazan اِفْتَعَلَ itu fa’ fi’ilnya berupa ya’,wawu atau tsa’) ( ث,و,ي yang mati maka fa’ fi’ilnya harus diganti dengan ta’ kemudian ta’ tersebut harus diidghomkan pada ta’ ifti’alnya seperti اِثَّغَرَ,اِتَّسَرَ,اِتَّصَلَ asalnya اِثْتَغَرَ,اِيْتَسَرَ,اِوْتَصَلَ
وَاحْكُـمْ بِزَيـدٍ مَنْ اُوَيْـسًا هَـلْ تَـنَمْ $ فَوْقَ الثَّلاَثِ اِنْ بِـذِي الْمَرَامُ تَـمْ
64. Huruf zaidah ( tambahan ) itu ada 10 yaitu م,ن,ت,ل,هـ ,ا,س,ي,و,أ ( hamzah,wawu,ya’, sin,alif,ha’,lam,ta’,nun dan mim ) yang terkumpul dalam lafadh اُوَيْساً هَلْ تَنَمْ dengan syarat berada pada kalimah yang huruf asalnya ada 3 atau lebih dan kalimah tersebut sudah mempunyai makna yang sempurna sebelum dimasuki huruf ziyadah tersebut seperti اِنْكَسَرَ,قَاتَلَ,اَكْرَمَ
وَغَالِبَ الرُّبَاعِي عَــدِّ مَاعَــدَا 65 فَعْلَلَ فَاعْكِسَنْ كَدَرْبَجَ اهْــتَـدَى
65. Fi’il ruba’i baik ruba’i mujarrod ,ruba’i mulhaq atau tsulasi mazid ruba’i itu yang banyak adalah muta’adi kecuali yang ikut wazan فَعْلَلَ maka yang banyak adalah lazim seperti دَرْبَجَ زَيْدٌ
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar